Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
wahyumedia

Roro Jonggrang Dan Candi Prambanan

DaerahKita 12/06/2019

Alkisah pada suatu ketika, di daerah Yogyakarta terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang raja bijaksana bernama Boko. Kerajaan itu bernama Prambanan. Negerinya damai dan rakyatnya hidup aman dan sejahtera.

Namun kedamaian dan ketenteraman itu terusik ketika datang pasukan dari Kerajaan Pengging yang menyerang Kerajaan Prambanan. Kerajaan Pengging dipimpin seorang raja yang saktu tapi jahat dan kejam. Raja itu bernama Bandung Bondowoso. Prajurit Kerajaan Prambanan akhirnya tidak mampu membendung serangan dari prajurit Kerajaan Pengging. Kekuasaan Raja Boko pun beralih ke tangan Raja Bandung Bondowoso. Sayangnya, Raja Bandung Bondowoso memerintah dengan kejam.

“Hai, dengarlah kalian semua! Siapa pun yang berani menentang perintahku, akan kubinasakan,” begitulah pengumuman dari Bandung Bondowoso.

Tidak ada satu orang pun yang berani menentangnya. Rakyat pun semakin tertindas. Selain kejam, Bandung Bondowoso juga sangat sakti. Ia memiliki pasukan jin yang jahat dan menyeramkan.

Suatu hari, ketika Bandung Bondowoso sedang berkeliling istana, ia melihat seorang gadis cantik. Setelah pertama kali melihat gadis itu, Bandung Bondowoso jadi sering memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Ternyata, gadis cantik itu bernama Roro Jonggrang, putri dari Raja Boko. Bandung Bondowoso semakin lama semakin tertarik dengan Roro Jonggrang.

“Wah, cantik sekali gadis itu. Dia harus jadi permaisuriku,” begitu pikir Bandung Bondowoso.

Keesokan harinya, Bandung Bondowoso menghampiri Roro Jonggrang. Ia pun mengutarakan isi hatinya, “Hai gadis cantik, maukah kau menjadi permaisuriku?”

Roro Jonggrang yang saat itu tidak menduga Bandung Bondowoso akan bertanya seperti itu pun menjadi kaget. “Apa yang harus aku lakukan?” pikir Roro Jonggrang. Ia telah mengetahui tabiat Bandung Bondowoso yang jahat, sehingga sebenarnya ia tak menyukai Bandung Bondowoso. Tapi, jika ia menolak, Bandung Bondowoso pasti akan marah besar.

Hal itu dapat mencelakakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Roro Jonggrang pun kebingungan. Ia berusaha mencari cara untuk menolak keinginan Bandung Bondowoso.

“Jawab pertanyaanku Roro Jonggrang,” desak Bandung Bondowoso.

Roro Joggrang terus berpikir hingga akhirnya mendapatkan sebuah ide. Ia mengajukan syarat keada Bandung Bondowoso. “Baiklak, aku akan menerima pinanganmu dengan satu syarat. Aku ingin engkau membuatkan seribu buah candi untukku dalam waktu satu malam. Jika engkau tidak mampu melakukannya, aku tidak bersedia menikah denganmu,” tantang Roro Jonggrang. Ia berpikir Bandung Bondowoso tidak akan sanggup melaksanakan permintaannya.

“Seribu?” teriak Bandung Bondowoso. Ia berpikir, lalu beberapa saat kemudia menyetujui syarat itu. “Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu.”

wahyumedia
Raja Bandung Bondowoso dan Seribu Candi

Bandung Bondowoso kembali ke istananya, lalu bertanya kepada penasehatnya. “Bagaimana mungkin aku dapat melakukannya?”

“Aku yakin Tuan Raja dapat memenuhi permintaan itu. Bukankah Tuan dapat meminta bantuan para jin untuk melakukannya?” usul si penasehat.

“Kamu benar. Sekarang siapkan peralatan yang aku butuhkan,” perintah Bandung Bondowoso.

Tidak berapa lama kemudian, semua peralatan yang dibutuhkan Bandung Bondowoso pun siap. Ia berdiri di depan altar lalu merentangkan kedua tangannya. “Pasukan jin, datanglah!” demikian perintah Bandung Bondowoso.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan langit hitam, “Ada apa Tuan memanggil kami?” tanya para jin.

“Bantulah aku membangun seribu candi dalam waktu semalam,” pinta Bandung Bondowoso.

Setelah itu para jin sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Belum sampai tengah malam, candi yang selesai dibuat sudah sangat banyak. Roro Jonggrang yang mengawasi dari kejauhan tampak cemas. Ia khawatir jika Bandung Bondowoso mampu memenuhi permintaannya.

“Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya pekerjakan itu akan selesai dikerjakan sebelum terbit fajar,” tanya Roro Jonggrang dalam hatinya.

Roro Jonggrang mulai mencari akal. Akhirnya ia mengumpulkan dayang-dayang istana. “Dayang-dayang, tolong kalian bantu aku kumpulkan jerami. Setelah terkumpul, cepat bakar jerami itu!” perintah Roro Jonggrang. “Baik Tuanku Putri,” jawab para dayang-dayang.

Dayang-dayang pun segera melaksanakan perintah Roro Jonggrang. Setumpuk demi setumpuk jerami dikumpulkan. Setelah cukup banyak, jerami tersebut dibakar. Api dari bakaran jerami itu membuat langit berwarna jingga. Warna langit ini menyerupai fajar yang tengah menyingsing. Roro Jonggrang juga meminta sebagian dari dayang-dayang untuk menumbuk lesung seperti kegiatan pada pagi hari.

“Hei lihat, langit sudah mulai cerah! Pasti matahari sebentar lagi akan terbit. Penduduk pun sudah mulai bekerja. Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita terbakar matahari!” teriak para jin. Para jin itu pun segera lari berhamburan meninggalkan pekerjaan mereka.

Pagi harinya, Bandung Bondowoso mengira bahwa pekerjaan para jin untuk membuat seribu candi telah selesai. Ia pun mengajak Roro Jonggrang berjalan-jalan di sekitar candi.

“Lihatlah Roro Jonggrang, betapa hebatnya aku mampu memenuhi persyaratanmu untuk membuat seribu candi. Sebentar lagi, kau akan jadi permaisuriku,” ucap Bandung Bondowoso.

“Jangan terlalu yakin dulu Bandung Bondowoso. Lebih baik kau hitung dulu jumlah candi itu! Apakah memang benar ada seribu candi?” kata Roro Jonggrang.

“Tentu saja aku yakin. Kalau kau tidak percaya, ayo kita hitung!” ucap bandung Bondowoso dengan nada yakin.

Satu demi satu candi itu dihitung. Tibalah candi terakhir yang dihitung. Ternyata hitungan candi hanya berjumlah sembilan ratus sembilan puluh sembilan. Bandung Bondowos yang baru menyadari candinya kurang satu pun murka. Dengan penuh amarah ia menunjuk pada Roro Jonggrang dan berkata,” Kalau begitu, kaulah yang akan melengkapi candiku menjadi yang keseribu!”

Tiba-tiba, Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Demikianlah kisah Roro Jonggrang yang mejadi latar belakang legenda Patung Roro Jonggrang dan sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi yang ada di Yogyakarta. Candi itu dikenal dengan nama Candi Prambanan atau disebut juga Candi Roro Jonggrang.

Pesan moral :

Jangan pernah sombong terhadap kemampuan atau harta yang kita miliki. Tidak selamanya itu dapat membantu kita. Malah bisa merugikan kita atau pun orang lain.

Tags cerita kisah rakyat legenda sastra edukasi budaya tradisi dongeng anak siswa literasi mitos
Referensi: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, Sumbi Sambangsari (2009)

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar