Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
eksisbanget

Wayang Golek Sunda

DaerahKita 27/04/2019

Mungkin Anda pernah melihat tokoh Si Cepot di televisi, yang ditampilkan pada pertunjukan wayang golek. Karakternya lucu dan menghibur, sehingga mungkin menggelitik kita untuk tahu lebih jauh tentang seni wayang golek itu.

Wayang golek merupakan pengembangan dari wayang kulit. Pada tahun 1583, Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang disebut wayang golek. Wayang dipentaskan pada siang hari, wayang jenis ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya berupa boneka 3 dimensi yang terbuat dari kayu, seperti golek. Oleh karena itu disebut sebagai wayang golek.

Ada tiga jenis wayang golek, yaitu wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak terkenal di Cirebon dengan cerita babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Pada mulanya memang yang dilakonkan dalam kesenian rakyat ini ialah ceritera panji dan wayangnya disebut golek menak . Konon, kesenian rakyat ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu, cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650).

Istilah golek papak atau cepak muncul karena bentuk kepala wayangnya datar.

Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam.

Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda. Wayang golek purwa lahir pada tahun 1840. Kelahiran kesenian rakyat ini diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya.

derisreinaldi
Sanggar pembuatan wayang golek

Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman, seorang penyungging wayang kulit asal Tegal yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang nan dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek nan membulat tak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang.

Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek pada abad 19 itu dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan ialah bahasa Sunda.

institutfrancais
Aksi menarik wayang golek

Berikutnya, pada tahun 1970-1980, R.U. Partasuanda merintis wayang golek modern dan dikembangkan oleh Asep Sunandar. Wayang golek modern menerapkan berbagai inovasi baru, seperti menggunakan listrik untuk membuat trik-trik dalam pertunjukannya.

Sama dengan wayang kulit, wayang golek dimainkan oleh seorang dalang. Biasanya, seorang dalang merupakan pemimpin rombongan kesenian wayang. Ia juga sekaligus memimpin pertunjukan, melagukan suluk (semacam syair nan ditembangkan), menyuarakan antawacana (dialog antartokoh wayang), mengatur gamelan, mengatur lagu, dan sebagainya.

Beberapa dalang tempo dulu yang terkenal antara lain Tarkim, R.U. Partasuanda, Abéng Sunarya, dan R. Tjetjep Suprijadi. Belakangan, keluarga Sunarya sangat terkenal di belantika wayang golek, mulai Ade Kosasih Sunarya, Asep Sunandar Sunarya, hingga anak-anak mereka.

rri
Sebuah peentasan wayang golek

Gamelan yang dipakai dalam wayang golek ialah gamelan Sunda (saléndro), dengan peralatan nan terdiri atas dua saron, peking, selentem, bonang ,bonang rincik, kenong, sepasang gong (kempul dan gong), kendang (satu kendang indung dan tigakulanter ), gambang, serta rebab (alat musik gesek).

Awalnya, kelompok seni wayang golek tak menyertakan sinden. Akan tetapi, sejak tahun 1920-an, para sinden selalu disertakan. Bahkan, lama-kelamaan para sinden dapat lebih terkenal dibandingkan dengan para dalangnya. Sering terjadi, ketika sebuah pertunjukan wayang golek akan digelar, para penonton lebih banyak menanyakan siapa sindennya daripada siapa dalangnya.

Tags seni budaya sastra hiburan pertunjukan wayang
Referensi: Dari berbagai sumber



Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar