
Pangeran Antasari adalah seorang pahlawan dari Kalimantan Selatan yang terkenal karena perjuangannya melawan Belanda di Kesultanan Banjar. Beliau menjadi tokoh utama yang memimpin perlawanan rakyat Banjar menghadapi Belanda.
Lahir pada 1797 di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Pangeran Antasari dibesarkan dalam lingkungan bangsawan Banjar. Ayahnya bernama Pangeran Masohut (Mas’ud), sedangkan ibunya bernama Gusti Hadijah. Pangeran Antasari juga memiliki nama lain, yaitu Gusti Inu Kartapati.
Pada 1859, Belanda memecah belah rakyat Banjar dengan mengangkat Sultan Tamijidillah sebagai Sultan Banjar. Pangeran Antasari bersama rakyat Banjar menuntut agar Pangeran Hidayatullah II yang seharusnya naik takhta menjadi Sultan Banjar. Sejak saat itulah, Pangeran Antasari bersama rakyat Banjar mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Di bawah kepemimpinan Pangeran Antasari, perlawanan Kesultanan Banjar berlanjut menjadi perang, yang dikenal dengan nama Perang Banjar, yang berlangsung sejak 1859 hingga 1905.
Pada 18 April 1859, Pangeran Antasari bersama rakyat yang mendukungnya menyerang tambang batu bara di Pengaron. Sebuah peristiwa yang menjadi awal mula terjadinya Perang Banjar. Kemudian, Pangeran Antasari berhasil menaklukkan kekuasaan Belanda di Gunung Jabuk. Setelah itu, serangan terus dilakukan terhadap pos-pos Belanda yang tersebar di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, dan Tabalong. Kehebatan Pangeran Antasari bersama pasukannya membuat Belanda gentar. Belanda mengajak Pangeran Antasari untuk berdamai. Ajakan berdamai tersebut ditolak mentah-mentah oleh Antasari. Beliau tidak mau berkompromi dengan Belanda.
Saat terjadi Perang Banjar, pihak Belanda mengerahkan seluruh pasukannya untuk memadamkan perlawanan. Sampai akhirnya, pada 28 Februari 1862, Belanda menangkap Pangeran Hidayatullah II dan membuang Pangeran Hidayatullah II ke Cianjur, Jawa Barat. Namun, Pangeran Antasari terus melanjutkan perjuangan melawan penjajah meskipun usianya sudah cukup lanjut. Beliau bersama pasukannya berperang di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Sepeninggal Pangeran Hidayatullah, rakyat Banjar dan Dayak menabalkan Pengeran Antasari sebagai Sultan Banjar pada Maret 1862 dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Segala cara telah dilakukan oleh Belanda untuk menaklukan Pangeran Antasari, namun gagal. Salah satu upaya yang pernah dilakukan adalah membujuk kerajaan-kerajaan di Kalimantan untuk membantu melawan Pangeran Antasari. Namun, upaya ini gagal, karena pasukan Pangeran Antasari tergolong mahir menerapkan taktik bertahan, serta selalu menjalankan strategi gerilya.
Pada 1862, saat Pangeran Antasari bersama pasukannya sedang mempersiapkan perang, terjadilah wabah penyakit cacar. Wabah tersebut menjangkiti pasukannya, termasuk Pangeran Antasari. Pada 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat karena sakit, Pangeran Antasari dimakamkan di Taman Makam Perang Banjar (Kompleks Makam Pangeran Antasari, Banjarmasin Utara). Perjuangan beliau dilanjutkan oleh keturunannya. Perang Banjar secara resmi berakhir dengan gugurnya putra Pangeran Antasari, Sultan Muhammad Seman saat mempertahankan Benteng Baras Kuning dari serangan Belanda, pada 24 Januari 1905.
Pada 7 Maret 1968, berdasarkan Keppres RI No. 06/T K/1968, pemerintah menobatkan Pangeran Antasari sebagai pahlawan. Nama Pangeran diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta Selatan serta jalur fly-over (jalan layang) di atasnya. Jalan layang Antasari yang dikenal juga dengan sebutan jalan layang non-tol Antasari mulai dibangun pada November 2010 dan diresmikan pada November 2012. Jalan layang ini menghubungkan Antasari dengan Blok M. Ruas dari jalan ini dimulai dari Pasar Inpres Cipete hingga Lapangan Mabar Blok M dengan total panjang 4,8 kilometer dan lebar 8,75 meter.
Artikel Terkait: