Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
indonesiatera

RE Martadinata Tokoh Perintis Angkatan Laut Indonesia

DaerahKita 01/12/2021

Tokoh Angkatan Laut ini bernama lengkap Raden Eddy Martadinata. Beliau lahir pada 29 Maret 1921 di Bandung, Jawa Barat. RE Martadinata lahir di masa penjajahan Belanda sekitar seabad yang lalu, tepatnya pada 29 Maret 1921. Orang tuanya, Raden Ruchijat Martadinata dan Raden Soehaeni, cukup terpandang. Setidaknya hal itu bisa dilihat dari pendidikan yang dienyam RE Martadinata. Memasuki usia 6 tahun, ia bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Lahat (1927-1934). Lalu melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs bagian B (MULO-B) Bandung (1934-1938) dan Algemene Middelbare School (AMS) Jakarta (1938-1941).

Setelah tamat AMS yang merupakan pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda, Martadinata melanjutkan studinya ke sekolah pelayaran milik pemerintah Hindia Belanda bernama Zeevaart Technische School di Surabaya, pada 1941. Martadinata tidak sempat menyelesaikan pendidikannya karena saat itu Jepang mulai masuk ke Indonesia. Setahun kemudian, RE Martadinata masuk ke Sekolah Tinggi Pelayaran (STP), sekolah untuk pemuda pribumi yang dibuka oleh pemerintah pendudukan Jepang.

RE Martadinata diangkat menjadi guru tetap di STP terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1943, setelah lulus dari sekolah itu. Pada tanggal 1 September 1944 Eddy Martadinata berhenti jadi guru karena mendapat kepercayaan untuk menjadi Nakhoda Kapal Latih Dai 28 Sakura Maru.

Di awal kemerdekaan Indonesia, Martadinata bersama pemuda-pemuda kelautan lulusan STP serta pelaut-pelaut Jawa Unko Koisyo berinisiatif membentuk dan memimpin Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR-Laut) Jawa Barat. BKR-Laut adalah cikal bakal TNI-AL. Pemerintah kemudian mengangkatnya sebagai Kepala Staf Operasi pada Markas Besar ALRI di Yogyakarta. Beliau juga ditugaskan untuk mengepalai Pendidikan dan Latihan Opsir di Sarangan. Pada 1950, Martadinata diangkat menjadi Kepala Staf Komando Daerah Maritim Surabaya (KDMS).

Setelah pengakuan kemerdekaan, Belanda menyerahkan dua korvet kepada pemerintah RI. RE Martadinata menjadi salah satu komandan kapal yang diberi nama KRI Hang Tuah. Perjalanan karirnya di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI, kini TNI-AL) terus menanjak. Martadinata dipercaya menjadi Komandan Kesatuan ALRI di Italia (Kalita). Tugasnya adalah mengawasi pembuatan dua kapal korvet dan dua kapal fregat ALRI di Italia.

Pada 1953 Martadinata mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Setelah selesai mengikuti pendidikan, beliau diperbantukan di Departemen Luar Negeri. Pada waktu itu terjadi perselisihan di dalam tubuh ALRI. Untuk meredakannya, pemerintah mengangkat Martadinata sebagai Pejabat Kepala Staf ALRI (KSAL) menggantikan Laksamana Subiyakto pada tahun 1959. Jabatan KSAL kemudian diubah menjadi Menteri/Panglima Angkatan Laut.

Pada 1965 terjadi peristiwa G-30S/PKI dan beliau termasuk pihak yang berseberangan dengan aksi tersebut. Beliau kemudian tidak menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Laut lagi pada Februari 1966. Selepas itu, beliau diangkat sebagai duta besar RI untuk Pakistan.

Laksamana Laut Raden Eddy Martadinata wafat pada 6 Oktober 1966 dalam sebuah kecelakaan helikopter di Puncak, Jawa Barat, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pada 7 Oktober 1966, berdasarkan Keppres No. 220/1966, pemerintah menobatkan Laksamana Laut Raden Eddy Martadinata sebagai pahlawan.

Nama RE Martadinata kemudian diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta dan Bandung. Selain itu juga menjadi nama kapal perang TNI-AL yaitu KRI Raden Eddy Martadinata (331). Kapal perang canggih tersebut termasuk jenis fregat atau perusak kawal rudal (PKR) kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) 10514 yang dibangun oleh PT PAL Indonesia (Persero) bekerjasama dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS). Kapal perang ini termasuk yang paling modern yang dimiliki Indonesia saat ini.

Tags pahlawan sejarah nasional edukasi tokoh pendidikan sekolah pelaut pejuang biografi Hindia Belanda Jepang
Referensi:
  1. Buku Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, oleh Didi Junaedi, Indonesia Tera, 2014
  2. nasional.sindonews.com
  3. Sumber lainnya

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar