
Jika berkunjung ke Nusa Tenggara Timur, kita mungkin dapat berjumpa dengan topi khas daerah setempat yang disebut Ti'i Langga. Topi tradisional ini merupakan topi adat yang berasal dari berasal dari Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi NTT. Pulau Rote adalah pulau paling selatan di provinsi ini, bahkan daerah paling selatan di Indonesia.
Penutup kepala ini dibuat dengan bahan utama dari daun pohon lontar. Perlu waktu sampai sekitar 2 minggu untuk menyelesaikan anyaman daun lontar hingga menjadi topi Ti'i Langga. Pohon lontar sendiri merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di wilayah Nusa Tenggara Timur. Daun lontar sebelum dianyam diambil lidi nya. Banyak di daerah Pulau Rote orang bisa menganyam daun lontar. Waktu baru jadi warna topi ini mungkin kuning karena daun lontar masih baru setelah beberapa lama warna akan berubah menjadi coklat. Tentu hal ini wajar karena kadar air pada daun lontar tersebut berkurang.
Topi Ti'i Langga dari Pulau Rote ini bentuknya besar dengan tepian yang lebar. Sekilas mirip topi sombrero dai Meksiko. Di bagian atas Ti'i Langga terdapat bagian yang bentuknya seperti cula unikorn atau jambul. Tingginya bisa mencapai 40 cm hingga 60 cm.
Bentuk topi Ti'i Langga yang unik memiliki makna mendalam tentang persatuan. Anyaman pada pinggirannya terlihat rapi dan kuat, artinya suatu bentuk untuk bersatu dan bersama-sama. Begitu pula dengan culanya. Bentuk culanya pada topi Ti'i Langga yang seperti antena ini pun juga maknanya tentang persatuan. Culanya ada dua anyaman, kalau satu saja, tidak akan bisa tetap bersehingga harus bersama-sama, saling menguatkan. Makna topi Ti'i Langga diterapkan dalam keseharian masyarakat di Pulau Rote yang hidup dengan rukun, bersatu, dan damai.
Awal mulanya Ti’Langga hanya digunakan oleh para petinggi yang ada di Pulau Rote. Ti'i Langga menjadi kebanggaan masyarakat setempat yang dipakai pada acara-acara kebudayaan, upacara adat. Dipakai oleh kepala suku atau para petinggi Pulau Rote melambang jiwa kepemimpinan, kewibawaan dan percaya diri.
Saat ini Ti’i Langga sudah dikenal luas, digunakan pada acara adat. Topi Ti'i Langga biasa dipakai pada acara penting lain juga seperti pernikahan sebagai penerima tamu. Akan sangat gagah dan semarak saat ada beberapa orang memakai topi dengan antena diatas apalagi pada upacara penting dalam pernikahan. Digunakan bersamaan dengan sarung dan selempang kain tenun. Misalnya pada busana tarian tradisional penari laki-laki.
Selain digunakan masyarakat umum dalam acara-acara adat, sering juga dijadikan cinderamata bagi wisatawan yang berkunjung ke Nusa Tenggara Timur. Karena selain digunakan sebagai topi, Ti'i Langga juga bisa dipakai untuk hiasan di dinding rumah. Di Pulau Rote ketika dipasang sebagai hiasan dinding, topi ini mempunyai arti lain. Makna lain topi Ti'i Langga yaitu berapa orang anak perempuan mereka telah menikah ditandai dengan jumlah topi tergantung di dinding rumah para orang tua. Walau kadang tidak demikian karena setiap orang ingin memiliki topi Ti'i Langga ini di Pulau Rote.
Begitu pentingnya topi Ti'i Langga sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Pulau Rote, sampai-sampai atap Kantor Bupati Rote Ndao dibuat seperti topi kebanggaan mereka. Bangunan yang berdiri megah ini bentuk atapnya terinspirasi dari Ti'i Langga. Itu artinya topi Ti'i langga memiliki arti jiwa seorang pemimpin sangat mendalam bagi masyarakat Pulau Rote dari dulu hingga sekarang.
Artikel Terkait: