
Salah satu energi alternatif potensial di Indonesia adalah panas bumi atau geothermal. Istilah geothermal diambil dari bahasa Yunani, geo berarti bumi dan therme berarti panas. Sumber utama panas bumi adalah inti bumi yang diperkirakan bersuhu mencapai 6000 derajat Celcius atau sama dengan panas permukaan matahari.
Tingginya suhu inti bumi merupakan akibat dari saat proses pembentukan planet, peluruhan radioaktif mineral di dalam bumi, dan pergesekan lapisan kerak bumi.
Karena asal energi ini adalah inti bumi yang selalu menghasilkan panas, maka panas bumi termasuk jenis energi terbarukan (renewable energy). Inti bumi tersebut diselimuti oleh lapisan mantel yang berupa batuan dalam fasa padat dan batuan dalam fasa cair atau magma.
Lapisan kerak bumi yang terdiri dari lempengan-lempengan seperti kulit telur yang saling bertumpuk. Lempengan ini terus bergerak membentuk permukaan bumi seperti benua, palung dan gunung. Pergerakan kerak bumi menimbulkan rekahan dimana magma dari lapisan mantel di bawahnya menyeruak keluar. Magma yang menyeruak ke permukaan bertemu dengan air atau material lainnya dan terjadilah transfer panas.
Sumber panas ini yang diekspoitasi sebagai energi listrik.
Baca Juga:
Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) hampir sama dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Perbedaannya ada pada proses pembuatan uapnya. Uap untuk menggerakan PLTU dihasilkan dari boiler yang biasanya ditenagai dengan batu bara. Sedangkan cara mengambil manfaat energi panas bumi untuk PLTP adalah dengan mengebor bagian yang menjadi lokasi panas bumi untuk membebaskan uap pada kedalaman tertentu. Selain itu, juga dibuat sebuah sumur injeksi, air dingin akan dipompakan ke dalam sumur tersebut.
Air tadi dialirkan melalui batu panas dan tekanannya berfungsi untuk mengeluarkan air lagi. Air tersebut akan menjadi uap ketika berada di permukaan dan kemudian disaring serta dibersihkan. Setelah itu, hasilnya bisa dipakai untuk menggerakkan turbin yang memberikan energi listrik.
Beberapa keunggulan energi panas bumi adalah minimnya emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, usia pemanfaatan yang panjang, dan biaya infrastruktur yang relatif rendah.
Energi panas bumi untuk pembangkit listrik di dunia sendiri baru dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1904 saat didirikannya pembangkit pertama di Lardarello, Italia. Pembangkit tersebut mulai beroperasi pada tahun 1913 menghasilkan listrik sebesar 250 kilowatt (kW).
Kemudian pada tahun 1915 kemampuannya meningkat menjadi 15 megawatt (MW). Pernah hancur di era perang dunia II, pembangkit Lardarello dibangun kembali dan masih beroperasi hingga saat ini menghasilkan listrik sebesar 545 MW atau setara dengan 1,6% kebutuhan listrik Italia.
Di Indonesia, potensi energi dari panas bumi dapat menghasilkan sekitar 27.000 MW, sedangkan yang sudah dipergunakan baru berjumlah 1.808,5 MW. Provinsi yang memiliki potensi panas bumi terbesar adalah Jawa Barat. Kandungannya mencapai 5.000 megawatt. Hal ini disebabkan Jawa Barat memiliki kawasan gunung api terbanyak di Indonesia sebagai sumber terbesar panas bumi.
Kandungan panas bumi terbesar di Jawa Barat berada di kawasan Gunung Salak dan Kamojang. Kandungan panas bumi di Gunung Salak mencapai 600 MW, sedangkan di Kamojang sebesar 400 MW.
PLTP yang kini beroperasi di Jawa Barat adalah sebagai berikut.
Ke depan, Indonesia menargetkan kapasitas terpasang dari PLTP dapat mencapai 7.200 MW pada 2025.
Artikel Terkait: