
Baca Juga:
Ada dua sumber letusan, yang besar biasa disebut warga sekitar dengan Joko Tuwo. Di sini, setiap kali sebelum letusan terjadi, didahului dengan terbentuknya gelembung besar lumpur setiap dua menit yang mencapai diameter tiga meter.
Gelembung seperti dome itu makin besar saat hujan. Ada suara gemuruh kala gelembung itu membesar lalu meletus. Dari suara itu pula nama bledug berasal, yang berarti gemuruh bak petir. Walaupun ia terdengar tak terlalu keras. Terlihat asap putih keluar setiap gelembung lumpur itu pecah. Selain mengeluarkan gas, letusan juga membawa air yang mengandung garam.
Kawasan wisata alam Bledug Kuwu itu sendiri terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Cukup mudah untuk mencapai wisata alam ini. Lokasinya dilewati jalan Semarang-Purwodadi. Sekitar 28 km dari arah Purwodadi, ibukota Grobogan, 87 km dari Semarang, atau 45 km dari Sragen.
Secara ilmiah kegeologian, fenomena Bledug Kuwu mirip dengan semburan lumpur di sumur Lapindo Sidoarjo, Jawa Timur.
Jika di Sidoarjo, terjadi karena dampak pengeboran sumur minyak dan gas, sedangkan di Kuwu diyakini semburan terjadi alamiah.
Dataran Kuwu ratusan ribu tahun hingga jutaan tahun lalu adalah dasar/lantai lautan. Proses pengangkatan kerak bumi menjadikan Kuwu dan wilayah sekitarnya kini jadi dataran luas diselingi perbukitan bergelombang di ketinggian mulai 50 mdpl.
Gelembung dan ledakan lumpur yang mengikutinya merupakan fenomena alam yang disebabkan terkumpulnya gas di perut bumi yang kemudian terdesak melalui rekahan hingga sampai ke permukaan bumi.
Gas itu terdiri solfatara (H2S) dan mofet (CO2) yang muncul akibat proses kimawi mineral yang menerima panas.
Reaksinya menimbulkan gas, dan ini persis proses terjadinya gunung berapi. Keluarnya lumpur menunjukkan gas mencari jalan keluar dari perut bumi, mendesak bagian paling mudah diterobos yaitu yang mengandung air dan tanah lempung gampingan.
Hal menarik dari Bledug Kuwu, ada kandungan mineral garam di lumpur yang menyembur. Kandungan mineral utama garam Bledug Kuwu antara lain kalium, kalsium, natrium, dan klor.
Mengapa ada garam? Ya, karena material yang disemburkan adalah endapan hasil erosi lapisan Kuwu, bekas lantai lautan sangat luas jutaan tahun lalu.
Kandungan garam hasil letusan lumpur Bledug Kuwu itu dimanfaatkan oleh warga setempat sejak jaman dulu. Di masa keemasan Kasunanan Surakarta, garam dari Kuwu jadi konsumsi pelengkap masyarakat Mataram.
Tambak garam lumpur Bledug Kuwu berbeda dengan tambak garam pada umumnya.
Petani garam di sini menggunakan cara tradisional. Mereka menampung air lumpur dari letusan Bledug Kuwu itu ke dalam batang bambu yang telah dibagi dua, lalu dikeringkan.
Garam hasil dari pengolahan air Bledug Kuwu lebih putih, lebih halus dan lebih gurih dibanding dengan garam hasil air laut biasanya. Garam Bledug Kuwu yang disebut “garam bleng” juga biasa digunakan untuk bahan membuat kerupuk.
Selain itu dipercaya lumpur Bledug Kuwu bila digunakan sebagai lulur akan bermanfaat sebagai pencegah penyakit kulit dan menghaluskan kulit. Apabila anda menginginkan untuk membawa pulang, selain garam disekitar obyek wisata banyak dijual lumpur serta air dari Bledug Kuwu yang dikemas dalam botol-botol bekas air mineral.
Artikel Terkait: