Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
metrokalimantan

Cilik Riwut, Sosok Penting Operasi Terjun Payung Pertama Indonesia

DaerahKita 31/07/2020

Cilik Riwut atau Tjilik Riwut berasal dari Suku Dayak Ngaju. Beliau lahir pada 2 Februari 1918 di Kasongan, Kalimantan Tengah. Sejak kecil Riwut sangat suka bertualang. Beliau pernah mengelilingi Pulau Kalimantan dengan berjalan kaki, naik perahu, dan rakit. Bahkan dengan senang hati Riwut menerima sebutan "Orang Hutan" yang diberikan kepadanya karena beliau bangga lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan. Cilik Riwut menempuh pendidikan di sekolah dasar di Purwakarta, kemudian melanjutkan ke sekolah perawat di Bandung.

Pada 1938, bersama beberapa orang rekannya, beliau mendirikan Pakat Dayak yang bertujuan meningkatkan citra masyarakat Dayak. Setelah proklamasi, pemerintah mengirimkan ROPRI (Rombongan Oetoesan Pemerintah RI) ke Kalimantan. Dan, ROPRI II yang dipimpin oleh Cilik Riwut bertujuan menghimpun badan-badan perjuangan dan membentuk satu kekuatan bersenjata yang berbentuk pasukan MN 1001 di mana wilayah operasinya membentang di Kalimantan bagian tengah hingga Selatan, Beliau juga mengadakan pertemuan dengan kepala-kepala suku dan memberikan penjelasan kepada mereka.

Pada 17 Desember 1946, Cilik Riwut mewakili 142 Suku Dayak Pedalaman bersumpah setia kepada Pemerintah Indonesia. Acara tersebut dilaksanakan di Gedung Agung Yogyakarta yang dihadiri oleh Presiden Soekarno. Beliau juga menjadi penunjuk jalan dalam Operasi Penerjunan Pasukan Payung Pertama dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, yaitu pada 17 Oktober 1947 oleh pasukan MN 1001.

Pada peristiwa itu Cilik Riwut memimpin operasi penerjunan pasukan payung di Kalimantan. Saat itu KSAU Laksamana Suryadi Suryadarma membentuk satu staf khusus yang langsung di bawah komando KSAU. Ia melantik Mayor Cilik Riwut, seorang perwira Markas Besar Tentara sebagai Komandan Pasukan dan duduk di dalam staf sekretaris bagian siasat perang KSAU tersebut. Mayor Cilik Riwut segera menyusun rencana dan melakukan berbagai persiapan berupa latihan yang diikuti 60 orang pemuda dari Kalimantan, 12 dari Sulawesi dan beberapa orang lagi dari Jawa dan Madura.

Para pemuda yang akan diterjunkan di Kalimantan ini digembleng dan diasramakan di Desa Padasan, sebuah desa di sebelah tenggara landasan Waguwo, Yogyakarta. Pasukan ini dilatih oleh para anggota AURI di bawah pimpinan Opsir Muda Udara I Sudjono. Dari hasil latihan itu akhirnya terpilih 14 orang untuk melaksanakan infiltrasi. Tugas mereka adalah membawa pemancar radio lengkap dengan motor dan bahan bakar; membangun pemancar induk hingga terselenggara hubungan Kalimantan, Sumatera, dan Jawa; menghimpun dan mengkoordinir perlawanan setempat; dan menyiapkan dropping zone.

Setelah bisa membangun jaringan komunikasi, pasukan diminta segera menghubungi Kapten Mulyono, perwira yang sudah membangun kekuatan perlawanan di pedalaman di dekat lapangan Sepanbiha di belakang Kampung Buntut Sopan di Kotawaringin. Penerjunan heroik pada 17 Oktober 1947 itu di kemudian hari ditetapkan sebagai hari jadi Korpaskhas TNI AU.

Sesudah perang kemerdekaan berakhir, beliau diangkat sebagai Wedana Sampit, kemudian menjadi Bupati Kotawaringin, dan akhirnya diangkat menjadi Gubernur Kalimantan Tengah pertama. Pangkat terakhir Cilik Riwut adalah Kolonel. TNI AU kemudian menganugerahinya pangkat Marsekal Pertama Kehormatan karena jasa-jasanya bagi TNI AU. Selain berdinas dalam bidang militer dan birokrasi, Cilik Riwut juga pernah diangkat sebagai anggota DPR dan anggota DPA.

Cilik Riwut wafat pada 17 Agustus 1987 karena penyakit liver dan hepatitis. Beliau dimakamkan di Sanaman Lampang, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada 6 November 1998 berdasarkan Keppres No.108/TK/1998, pemerintah menobatkan Cilik Riwut sebagai pahlawan nasional. Namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Tags pahlawan sejarah nasional edukasi tokoh gerilya pejuang biografi TNI AU
Referensi:
  1. Buku Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, oleh Didi Junaedi, Indonesia Tera, 2014
  2. angkasa.news

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar