
Herman Johannes lahir pada 28 Mei 1912 di Rote, Nusa Tenggara Timur. Pendidikan dasarnya diselesaikan di Sekolah Melayu Baa, Rote, NTT pada 1921. Setelah itu, Herman Johannes melanjutkan pendidikan menengah di Europeesch Lagere School (ELS) Kupang pada 1922, kemudian ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Makassar pada 1928 dan Algemene Middelbare School (AMS) Batavia pada 1931. Pada 1934 Herman Johannes kuliah di Technische Hooge School (THS) Bandung yang sekarang bernama Institut Teknologi Bandung (ITB).
Saat Jepang menduduki Indonesia, THS ditutup pada 8 Maret 1942. Dua tahun kemudian Jepang membukanya kembali dengan nama Bandung Kogyo Daigaku (BKD). Setelah proklamasi kemerdekaan, sekolah tersebut berubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik Bandung di Yogyakarta, Pada Oktober 1946, Herman Johannes menyelesaikan studinya di STT Bandung di Yogyakarta yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM). Beliau menjadi salah satu perintis berdirinya UGM.
Pada waktu kuliah di Bandung, Herman Johannes aktif berorganisasi dengan menjadi anggota Christen Studenten Vereniging (CSV), Indonesische Studenten Vereniging (ISV), dan bahkan menjadi ketua cabang Bandung dari Timorese Jongeren/Perkumpulan Kebangsaan Timor (PKT).
Dalam bidang politik, Herman Johannes menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 1945-1946. Dan, pada 1948 beliau menjadi anggota Partai Indonesia Raya (PIR). Herman Johannes juga berkarier dalam bidang militer. Beliau diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI karena pemerintah Indonesia saat itu sedang mengalami krisis persenjataan. Dibawah kepemimpinan Herman Johannes, selama perang kemerdekaan, Laboratorium Persenjataan yang terletak di Kotabaru, Yogyakarta berhasil memproduksi berbagai macam bahan peledak, seperti bom asap dan granat tangan.
Keahlian Herman Johannes sebagai fisikawan dan kimiawan ternyata sangat berguna dalam perang melawan Belanda. Herman Johannes terjun langsung dalam berbagai pertempuran di sekitar Yogyakarta. Beliau diberi tugas menghancurkan jembatan yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan kota-kota lainnya. Pada Desember 1948, Herman Johannes berhasil meledakkan jembatan kereta api di Sungai Progo. Lalu, pada Januari 1949, Herman Johannes meledakkan Jembatan Bogem yang membentang di atas Sungai Opak. Satu per satu jembatan antara Yogyakarta - Surakarta dan Yogyakarta - Kaliurang pun berhasil dihancurkan oleh Herman Johannes bersama para taruna Akademi Militer.
Selepas pengakuan kedaulatan, Herman Johannes menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga periode 1950-1951. Setelah itu, pada 1961-1966 Herman Johannes diangkat menjadi Rektor UGM. Herman Johannes merasa dirinya lebih sebagai ilmuwan dan pendidik. Hingga menjelang akhir hayatnya, beliau masih melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan briket arang biomassa. Beliau juga selalu terdorong untuk mencari bahan bakar alternatif yang bisa dipakai secara luas oleh masyarakat. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan lamtoro gung, nipah, widuri, limbah pertanian, dan gambut sebagai bahan bakar. Beliau juga aktif menulis buku.
Prof. Herman Johannes wafat di Yogyakarta pada 17 Oktober 1992 dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga UGM di Sawitsari, Yogyakarta. Pada 9 November 2009, berdasarkan Keppres No.058/TK/2009, pemerintah menobatkan Prof. Herman Johannes sebagai pahlawan.
Artikel Terkait: