Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bakti Pekerjaan Umum 3 Desember 2023
gorontaloprov

Nani Wartabone, Sang Pejuang Kemerdekaan dari Gorontalo

DaerahKita 28/07/2020

Nani Wartabone lahir pada 30 Januari 1907 di Gorontalo. Aktivitas politiknya dimulai kala beliau mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Lima tahun kemudian, Nani Wartabone menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Cabang Gorontalo.

Pada 23 Januari 1942, saat Belanda kalah dari tentara Jepang pada Perang Asia-Pasifik, Nani Wartabone dan rakyat Gorontalo menangkap Komandan Detasemen Veld Politie (Polisi Lapangan, semacam Brimob) WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo. Setelah penangkapan, Nani Wartabone memimpin upacara pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu "Indonesia Raya" di halaman Kantor Pos Gorontalo. Di hadapan rakyat, Nani Wartabone membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sore harinya, Nani Wartabone memimpin rapat pembentukan Pucuk Pimpinan Pemerintahan Gorontalo (PPPG) dan Nani dipilih sebagai ketuanya.

Pada 26 Februari sebuah kapal perang Jepang yang bertolak dari Manado berlabuh di pelabuhan Gorontalo. Nani Wartabone menyambut baik tentara Jepang ini dengan harapan kehadiran mereka akan menolong PPPG. Ternyata sebaliknya, Jepang justru melarang pengibaran bendera Merah Putih dan menuntut warga Gorontalo bersedia tunduk kepada Jepang.

Nani Wartabone menolak permintaan tersebut dan kembali ke kampung kelahirannya di Suwawa, tanpa ada penyerahan kedaulatan. Rakyat yang berpihak kepada Nani Wartabone melakukan mogok massal sehingga Gorontalo bagaikan kota mati. Pada 30 Desember 1943, Nani Wartabone ditangkap dan dibawa ke Manado. Nani Wartabone dilepaskan Jepang pada 6 Juni 1945.

Setelah menyerah kepada Sekutu, Jepang menyerahkan pemerintahan Gorontalo kepada Nani Wartabone. Pada 1 September 1945 Nani Wartabone membentuk Dewan Nasional di Gorontalo sebagai badan legislatif untuk mendampingi kepala pemerintahan. Tidak lama kemudian, tentara Sekutu yang diboncengi tentara Belanda mendarat di Gorontalo.

Pada 30 November 1945, Sekutu menangkap Nani Wartabone, kemudian oleh Belanda dibawa ke Manado. Dari penjara di Manado, Nani Wartabone dipindah-pindah ke Morotai, Maluku Utara, lalu ke Cipinang, Jakarta. Beliau akhirnya dibebaskan pada 23 Januari 1949, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia.

Nani Wartabone menentang bentuk pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) yang ada pada saat itu. Saat terjadi PRRI/PERMESTA, Nani Wartabone membantu tentara yang membebaskan Gorontalo dari kekuasaan pemberontak. Selanjutnya, Nani Wartabone dipercaya mengemban beberapa jabatan penting, di antaranya Residen Gorontalo, anggota DPRD Sulawesi Utara, anggota MPRS RI, anggota Dewan Perancang Nasional, dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Nani Wartabone wafat pada 3 Januari 1986 sebagai seorang petani di desa terpencil, Suwawa, Gorontalo. Pada 6 November 2003, berdasarkan Keppres No.085/TK/2003, pemerintah menobatkan Nani Wartabone sebagai pahlawan nasional.

Tags pahlawan sejarah nasional edukasi tokoh gerilya pejuang
Referensi:
  1. Buku Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, oleh Didi Junaedi, Indonesia Tera, 2014
  2. Sumber lainnya

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar