
Negara kita berada di kawasan tropis, sehingga sebagian besar wilayahnya memiliki cuaca yang panas. Dengan kondisi seperti itu, minuman segar menjadi hidangan yang digemari di Indonesia. Salah satu bahan minuman yang populer adalah kolang-kaling atau ada juga yang menyebutnya buah atep.
Kolang-kaling semakin dicari orang saat bulan Ramadhan tiba, karena sangat cocok untuk menjadi bagian hidangan berbuka puasa. Dengan tekstur kenyal dan rasanya yang sedikit manis, kolang kaling sering menjadi bahan campuran kolak, es campur, manisan dan makanan tradisonal lainnya.
Tak hanya rasanya yang disukai, tapi kolang-kaling juga dapat memberi manfaat untuk tubuh kita. Selain kaya air yang cocok untuk mengurangi dehidrasi, kolang-kaling juga mengandung banyak kandungan gizi di antaranya protein, karbohidrat, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, kalsium, fosfor dan zat besi. Lalu, kolang-kaling itu sendiri dari mana asalnya? Ternyata tidak mudah untuk menghasilkan kolang-kaling. Prosesnya cukup panjang.
Baca Juga:
Cara Pembuatan Kolang-kaling
Kolang kaling itu sendiri sebenarnya adalah daging buah yang berasal dari buah pohon aren (Arenga pinnata). Pohon aren berasal dari keluarga palma. Jadi pohon ini masih bersaudara dengan kelapa, sawit, kurma, lontar, pinang, dan masih banyak lagi. Untuk membuat kolang-kaling, diawali dengan memetik buah dari pohon aren tersebut.
Buah aren yang dipetik dari pohon dilepaskan dari tangkainya kemudian dibakar sampai kulitnya hangus. Atau bisa juga dimasukan ke dalam drum atau alat lainnya untuk direbus selama 2 sampai 3 jam. Proses pembakaran atau perebusan ini tujuannya adalah untuk menghilangkan getah, karena getah buah aren ini bila kena kulit akan menimbulkan rasa gatal. Setelah itu buah aren didinginkan terlebih dahulu sebelum nantinya masuk proses berikutnya.
Bila sudah dingin, buah aren rebus atau bakar itu dibelah lalu diambil daging buahnya. Cara mengeluarkan daging buah aren dari dalam kulitnya pun cukup unik, buah aren yang telah direbus atau dibakar tadi dihimpit oleh kayu dan bambu yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Daging buah yang keluar itulah kolang-kaling. Satu buah aren umumnya menghasilkan 3 sampai 4 biji kolang-kaling.
Kolang-kaling yang berbentuk bulat lonjong itu, kemudian dipipihkan satu per satu dengan dipukul menggunakan alu yang terbuat dari kayu. Hal tersebut dilakukan agar ketika diolah untuk dimakan nantinya, bumbu ataupun pemanisnya bisa meresap ke dalam kolang-kaling tersebut. Setelah dipipihkan daging buah aren tersebut direndam selama 3 hari hingga seminggu sehingga menjadi kolang-kaling yang siap dikonsumsi.
Sentra Produksi Kolang-kaling di Jatirejo
Kolang-kaling dihasilkan di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya berada di Jawa Tengah, tepatnya di Kelurahan Jatirejo Gunungpati, Kota Semarang. Di Jatirejo ini terdapat sentra pembuatan kolang-kaling secara tradisional yang sering disebut dengan “kakola” atau kampung kolang-kaling. Disebut demikian karena mayoritas warganya merupakan pengrajin kolang-kaling terbesar di Semarang.
Meskipun begitu, sebagian besar pengrajin kolang-kaling di kampung tersebut mendatangkan bahan dasar dari luar kota. Buah aren biasanya mereka beli dari daerah Temanggung, Parakan, Banjarnegara, Purwokerto, dan Pekalongan.
Saat bulan Ramadhan, permintaan kolang-kaling di Kampung Jatirejo mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat. Jika di hari biasa dalam seminggu hanya memproduksi satu kali, namun jika Ramadan tiba bisa memproduksi tiga kali. Tak sedikit warga setempat yang menjadi pengolah kolang-kaling dadakan saat Ramadan tiba.
Kolang-kaling hasil olahan warga Jatirejo biasa dijual di beberapa pasar di Kota Semarang seperti Pasar Johar, Pasar Karangayu, dan beberapa lainnya. Ada juga yang sampai ke luar kota seperti Jepara, Pekalongan. Banyak pedagang dari daerah itu yang membeli di Jatirejo untuk dijual di daerahnya masing-masing, karena memang kolang-kaling jenis makanan yang awet. Kolang-kaling bisa bertahan lumayan lama, bahkan bisa sampai tiga bulan.
Kampung Jatirejo sendiri tidak hanya memiliki keunggalan sentra pembuatan kolang-kaling, namun juga sebagai desa wisata seperti adanya river tubing dan homestay. Wisatawan yang datang, juga bisa terdukasi dengan pembuatan kolang-kaling.
Artikel Terkait: