Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
Hari Bakti Pekerjaan Umum 3 Desember 2023
kaskus

Seputar Kali Pesanggrahan, Sungai Besar Yang Melintasi Bagian Barat Jakarta

DaerahKita 05/01/2020

Terdapat 13 sungai yang mengalir membelah kota Jakarta, salah satunya adalah Kali Pesanggrahan. Sungai ini melintasi bagian barat kota. Aliran sungai ini bermula dari Kabupaten Bogor, melintasi Kota Depok, Jakarta Selatan, hingga akhirnya ke Tangerang, Banten. Sungai ini berhulu di wilayah Kecamatan Tanah Sareal, dan melewati Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Limo, Kecamatan Kebayoran Lama, Kecamatan Pesanggrahan, Kecamatan Kembangan, Kecamatan Kebon Jeruk, hingga akhirnya ke Cengkareng.

Pada masa pendudukan VOC (Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie), sampai dengan sekitar tahun 1720 Kali Pesanggrahan masih dapat dilayari hingga jauh ke pedalaman. Tidak kurang dari 25 buah penggilingan dibangun pada kebun-kebun tebu partikelir di sepanjang tepian sungai, sehingga ketika itu sungai ini sangat penting sebagai jalur pengangkutan gula dari kebun ke kota Batavia.

bayudharma
Hutan Kota Sangga Buana

Meskipun demikian agaknya fungsi penting sungai ini perlahan-lahan meredup bersama dengan berubahnya zaman. Tidak banyak catatan berita mengenai Kali Pesanggrahan, sampai dengan tahun 1970-an ketika Departemen Pekerjaan Umum membangun saluran sodetan sepanjang 1,5 kilometer untuk ”membuang” air dengan kapasitas 65 meter kubik per detik dari Kali Grogol ke Kali Pesanggrahan. Sungai ini menjadi tempat pembuangan air demi menyelamatkan daerah Senayan, Slipi, Palmerah, Tomang, Grogol, dan Teluk Gong dari genangan air. Gubernur DKI Jakarta ketika itu Ali Sadikin (1966-1977) mengatakan bahwa biaya pembangunan saluran sodetan tersebut mencapai Rp 162 juta, setara pembangunan 16 unit gedung sekolah.

Mengalir sepanjang 66,7 km, Sungai Pesanggrahan terletak di wilayah barat laut pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger). Suhu rata-rata setahun sekitar 29 °C. Bulan panas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 30 °C, and terdingin Januari, sekitar 28 °C. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.

Ada yang istimewa di Kali Pasanggrahan. Pada aliran sungai di pinggiran Jakarta, di bilangan Lebak Bulus terdapat hutan kecil. Sangga Buana namanya, kawasan asri yang dipelopori H. Chaerudin alias Babe Idin, seorang pegiat lingkungan peraih penghargaan Kalpataru. Hutan kota Sangga Buana Sungai Pesanggrahan bisa diakses dari Jalan Karang Tengah Raya. Kalau dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ambil saja arah ke Cinere, Depok.

Ambil belokan ke kanan sebelum masjid yang dikenal warga setempat sebagai Masjid Keong. Setelah menyusuri jalan aspal sempit selebar sekitar 2 meter, ada gerbang kecil yang membawa kita ke sebuah dunia lain, kawasan hutan seluas 120 hektar.

liputan6
Jalan setapak dengan paving block kawasan Hutan Kota Sangga Buana di sekitar Kali Pesanggrahan

Tempat parkir kendaraan yang cukup luas menyambut para pengunjung. Di tengah lapangan dengan hamparan rumput hijau, ada bola bumi berwarna biru hijau disangga tegakan kayu. Itulah lambang Sangga Buana yang berarti hutan yang asri. Lingkungan yang terawat adalah penyangga kehidupan manusia yang lestari. Setidaknya itulah filosofi yang tersirat.

Di bawah naungan pohon, ada tempat duduk. Terdapat juga pondok-pondok bergaya Betawi yang berfungsi sebagai perpustakaan dan langgar. Tidak ada tiket masuk, karema hutan kota ini bisa dinikmati gratis dan dijamin lebih terawat kebersihannya ketimbang beberapa hutan kota lain di Jakarta. Sayang kalau menikmati Sangga Buana hanya di tepi lapangan rumput ini. Ada banyak yang bisa dilihat di sini. Peternakan kambing, kelinci, dan kuda. Beberapa jenis burung dan unggas pun ada.

Yang menonjol di tempat ini adalah fasilitas pengolahan sampahnya. Kelompok Tani Lingkungan Hidup (KTLH) Sangga Buana, mengelola pembakaran sampah dengan sistem tabung yang menghasilkan abu dan asap cair. Sebuah inovasi yang layak ditiru untuk pengelolaan sampah perkotaan. Cara kerjanya, salah satu bagian tungku pyrolysis plasmatic menjebak gas dari sampah yang keluar akibat perbedaan tekanan dan suhu, menghasilkan panas hingga 1200 derajat celcius. Suhu pada alat ini dapat melahap material sampah organik hingga sampah logam.

Tabung pembakaran menghasilkan abu dan asap cair. Residu yang berupa abu, biasanya digunakan sebagai pupuk, media tanam. Sedang sisa asap cair tipis yang keluar dan bebas dari kandungan timbal akan diproses sebagai bakan bakar yang bisa digunakan untuk mesin penopang kegiatan pengolahan sampah di Sangga Buana. Solar dan premium yang dihasilkan digunakan untuk operasional mesin-mesin yang lain di Sangga Buana seperti diesel untuk pembangkit listrik, mesin pencacah, dan pengangkut sampah.

Yang juga menarik, ada jalan setapak yang telah dilapisi paving blok untuk menghubungkan berbagai fasilitas di hutan ini. Jalan setapak turut mempermudah kita menjelajahi hutan ini hingga ke tepi Pesanggrahan. Menurut Bang Idin, hutan Sangga Buana ini terentang sepanjang 38 kilometer sesuai alur Kali Pesanggrahan. Bukan hanya berada di wilayah Jakarta Selatan, melainkan juga Depok dan Tangerang. Di sepanjang 38 kilometer itu sebagian telah terhubung dengan jalan setapak.

Berbagai tanaman yang ada di hutan kota ini adalah sukun, gondang, bintaro, durian, juga sirsak mawar yang menyimpan sejuta khasiat. Sebagai bagian dari upaya pelestarian kearifan lokal, di kawasan itu juga tumbuh setidaknya 17 jenis bambu asli Betawi dan kawasan di sekitarnya. Bambu itu tidak tumbuh begitu saja, tetapi dibudidayakan dan dikembangkan di sejumlah wilayah di Indonesia. Bambu dan tanaman keras lain yang tumbuh di hutan itu berdiri tegak di bantaran kali yang curam. Akarnya yang mencengkeram kuat hingga jauh ke dalam lapisan tanah mengurangi ancaman longsor.

Tags alam sungai hutan taman lingkungan wisata flora geografi
Referensi:
  1. encyclopedia.jakarta-tourism.go.id
  2. megapolitan.kompas.com
  3. tirto.id

Artikel Terkait:




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar