
Seperti umumnya rumah tradisional di Pulau Sumatera, rumah tradisional Lampung juga memiliki bentuk rumah panggung. Rumah dibuat dengan bentuk panggung ini ada alasannya. Rumah panggung dipilih karena daerah tersebut memiliki banyak sungai yang mengalir. Agar tersedia sumber air, rumah memang sengaja dibangun di dekat sungai. Rumah dibuat dengan posisi membelakangi sungai. Dengan rumah panggung, penghuni bisa terhindar dari banjir jika air meluap.
Alasan lainnya adalah untuk menghindari serangan binatang buas. Dan yang tidak kalah penting, jika terjadi gempa bumi, rumah panggung dengan lantai kayu membuat bangunan tetap berdiri kokoh. Rupanya di masa lampau masyarakat Lampung sudah mewaspadai situasi di sekitarnya, termasuk memahami rawannya gempa terjadi di sekitar Selat Sunda dan Samudera Indonesia.
Dalam artikel ini kita akan bahas salah satu rumah tradisional Provinsi Lampung yang merupakan Rumah Adat Lampung dikenal dengan nama Nuwo Sesat. “Nuwo” artinya rumah dan “sesat” berarti adat.
Jadi rumah adat ini fungsi aslinya adalah sebagai balai pertemuan adat, tempat para purwatin (penyimbang) pada saat mengadakan pepung adat (musyawarah), karena itu balai ini juga disebut Nuwo Sesat Balai Agung. Bagian bagian dari bangunan ini adalah sebagai berikut.
Hal lain yang khas di Nuwo Sesat ini adalah hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih, kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional Lampung Pepadun. Secara fisik, Nowou Sesat berbentuk rumah panggung bertiang, sebagian besar materialnya terbuat dari papan kayu. Dahulu, rumah Nuwo Sesat beratap anyaman ilalang, seiring perkembangan jaman, sekarang atap rumah adat ini sudah menggunakan genting.
Untuk dapat memasuki Sesat Balai Agung terlebih dahulu harus melewati jambat agung atau tangga. Tangga ini sering disebut juga dengan lorong agung. Dibagian atas jambat agung terdapat payung berwarna putih, kuning dan merah. Ketiganya merupakan lambang dari satu kesatuan masyarakat di Lampung.
Payung yang berwarna putih memiliki arti tingkat marga yang dimiliki. Payung berwarna kuning melambangkan tingkat kampung, sedangkan payung berwarna merah melambangkan tingkat suku di Lampung. Bila dilihat di teras rumah, setelah tangga akan ada serambi yang disebut dengan anjungan yang berfungsi sebagai tempat bagi penghuni untuk bermain sambil bersantai dengan tetangga mereka.
Nuwo Sesat ini juga memiliki lambang burung Garuda. Burung Garuda dipercaya sebagai kendaraan Dewa Wisnu pada jaman dahulu. Pada masa kini lambang Garuda tersebut digunakan sebagai tempat duduk pengantin saat dilangsungkannya acara pernikahan adat suku Lampung.
Rumah adat Lampung memang memiliki banyak ornamen di dalamnya. Ornamen tersebut bukan hanya pajangan tapi juga berisi saran dari kitab kuno Kitab Kuntara Raja Niti. Dalam buku itu ada banyak doktrin yang masih dipegang oleh penduduk asli Lampung. Di antara doktrin yang diajarkan adalah sebagai berikut:
adat lampung memiliki pondasi berupa batu yang berbentuk persegi. Batu ini disebut juga umpak batu yang memiliki tiang penyangga sebanyak 35 buah dan tiang induk sebanyak 20 buah. Lantainya terbuat dari papan atau khesi dan ada pula yang terbuat dari bambu.
Dinding rumah ini terbuat dari papan kayu yang disusun secara berjajar. Pintunya terbuat dari kayu membentuk setangkup ganda. Jendelanya juga demikian, namun berukuran lebih kecil. Terdapat empat buah jendela pada bagian depan yang dilapisi teralis kayu. Atapnya memiliki ujung bubungan yang berpusat pada satu titik tengah di bagian atas yang terbuat dari kayu bulat yang bersusun dan berlapis tembaga. Bagian ini juga diberi perhiasan.
Demikian sekilas tentang Nuwo Sesat Balai Agung, jika Anda tertarik, Anda bisa melihat langsung bangunan ini. Anda bisa mengunjungi Nuwo Sesat Olok Gading adalah salah satu tempat wisata yang sudah terkenal di kota Bandar Lampung. Lokasinya terletak di Kampung Negeri Olok Gading, Teluk Betung, Lampung.
Artikel Terkait: