Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
flickr

Benteng Duurstede, Simbol Kejayaan Masa Lalu Pulau Saparua

DaerahKita 22/08/2019

Jika Anda memiliki uang kertas pecahan seribu rupiah, perhatikanlah gambarnya. Pada lebaran uang tersebut tampak tercetak sosok Kapiten Pattimura. Ia adalah seorang pahlawan nasional yang berjuang melawan penjajahan Belanda di Maluku pada awal abad ke-18. Peristiwa penting yang terkenal dalam perjuangan Pattimura adalah saat sang pahlawan dan pasukannya berhasil menduduki benteng Belanda yang kuat, yaitu Benteng Duurstede.

Benteng Duurstede terletak di Pulau Saparua, Maluku Tengah. Benteng yang merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah di masa VOC ini dibangun pertama kali pada tahun 1676 oleh Arnold de Vlaming van Oudshoor dan dilanjutkan pembangunanya oleh Nicolaas Schaghen yang menjabat Gubernur Ambonia pada tahun 1691. Benteng Duurstede menempati lahan dengan luas 3970 m², luas bentengnya adalah 3970 m², sementara luas bangunan di dalam benteng adalah 1.429 m².

Benteng diberi nama Duurstede yang berarti “kota mahal” oleh Gubernur Nicolaas Schagen sesuai dengan nama negeri tempat kelahirannya di negeri Belanda. Sebagai benteng pertahanan, bangunan ini dibangun di pinggir laut, di puncak bukit karang setinggi 20 kaki atau sekitar 7 meter. Untuk naik ke benteng harus melalui 24 anak tangga dengan satu pintu masuk pada bagian depan. Benteng ini dibuat karena Fort Hollandia sudah dianggap tidak layak digunakan lagi.

vidio
Benteng Duurstede berbentuk oval tampak dari atas (bird view)

Keliling benteng berbentuk oval dan menghadap ke timur. Tinggi tembok benteng rata-rata 5 m dengan ketebalan 1,25 m, dan terdapat celah-celah untuk menempatkan meriam. Di sisi barat dan timur terdapat pos pengintai (turret). Benteng ini adalah satu-satunya benteng yang dibangun masa kolonial dengan desain berbentuk oval. Di dalam benteng terdapat setidaknya sembilan bangunan, tiga bangunan masih utuh, selebihnya tinggal pondasi.

Di sisi selatan bangunan terdapat meriam. Hingga saat ini masih tersisa tiga meriam berwarna merah yang langsung mengarah ke laut Banda. Dulunya dipakai untuk memantau dan melawan musuh yang datang untuk menyerang Saparua. Di depan benteng tersebut terdapat sebuah “sumur maut” karena ada beberapa serdadu Belanda yang mengambil air dari sumur tersebut mati dicegat pasukan Pattimura ketika sang pahlawan nasional melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda.

Dahulu, Benteng Duurstede berfungsi sebagai bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), selama mereka menguasai wilayah Maluku di Saparua. Sejak abad ke-16, Maluku memang telah menjadi pusat perhatian negara-negara barat untuk menanamkan kekuasaan dan menguasai rempah-rempah.

Saparua pun menjadi salah satu daerah utama penghasil cengkeh dan pala yang menarik bagi bangsa-bangsa barat tersebut. Karenanya, bagi VOC benteng ini sangat penting karena lokasinya yang strategis untuk kepentingan militer dan perdagangan mereka.

Benteng Duurstede juga menjadi pusat gudang cengkeh dan pala hasil kebun dari Saparua, maupun pulau-pulau sekitarnya. Apabila sudah penuh barulah dikirimkan ke gudang pusat dan kemudian diperdagangkan.

picmix
Meriam yang ada di Benteng Duurstede moncongnya diarahkan ke tengah laut

Pada tahun 1796, Inggris mengambil alih kekuasaan Pulau Saparua. Ketika itu Benteng Duurstede ikut dikuasai oleh Inggris. Benteng ini dikembalikan kepada Belanda pada tahun 1803 . Namun tahun berikutnya terjadi peperangan kembali antara Inggris dan Belanda. Benteng Duurstede lalu jatuh kembali ke tangan Inggris pada tahun 1810. Baru pada tahun 1817 seluruh Maluku termasuk Saparua diserahkan kembali kepada Belanda melalui sebuah perjanjian antara Inggris dengan Belanda.

Saat itu Inggris mempekerjakan pasukan lokal yang bertugas di Benteng Duurstede. Rencananya mereka akan dipindahkan ke Batavia, termasuk di antaranya adalah Thomas Mattulesy Pattimura atau sering disebut dengan Kapiten Pattimura. Rencana pemindahan dan berbagai penderitaan yang dialami rakyat Maluku akibat kolonialisme Belanda, kemudian menjadi pemicu gerakan perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Kapiten Pattimura. Rakyat Saparua menyerang Benteng Duurstede pada tanggal 16 Mei 1817. Seluruh penghuni benteng tewas kecuali putra Residen yang bernama Jan Lubert van den Berg. Jatuhnya benteng Duurstede memicu perlawanan rakyat terhadap Belanda meluas hingga Pulau Haruku dan Pulau Hitu. Perlawanan ini akhirnya gagal dan menyebabkan Pattimura ditangkap. Untuk menghormati jasa-jasanya, Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/Tahun 1973 tanggal 6 November 1973, Pattimura dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Kini Benteng Duurstede berubah fungsi menjadi destinasi wisata sejarah. Benteng Duurstede dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 08.00 WIT hingga pukul 18.00 WIT, sehingga para pelancong dapat datang dan belajar sejarah melalui peninggalan-peninggalan yang ada di sana.

Pulau Saparua berada di Kepulauan Lease, Kabupaten Maluku Tengah. Jaraknya kurang lebih 50 mil dari kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku. Untuk mencapai lokasi ini pelancong bisa menumpang kapal cepat selama 1,5 jam dari Pelabuhan Tulehu.

Selain bangunan benteng, yang tak boleh dilewatkan pelancong adalah pemandangan alam di sekitar area benteng. Benteng ini terletak dikawasan pinggir pantai berpasir putih dengan airnya yang jernih. Jika berada diatas benteng ini dapat menikmati pemandangan yang indah dan laut Pulau Saparua yang luas terhampar dengan perahu nelayan yang berlayar di kejauhan. Hamparan lautan dan panorama senja bakal memanjakan mata pengunjung.

Tags benteng wisata sejarah bangunan arsitektur
Referensi:
  1. cagarbudaya.kemdikbud.go.id
  2. www.satumaluku.id
  3. kumparan.com
  4. pahlawancenter.com

Artikel Terkait:


Video tentang Benteng Duurstede, Simbol Kejayaan Masa Lalu Pulau Saparua




Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar