Halaman utama daerahkita.com
Halaman utama daerahkita.com
bali-travelnews

Salak Gula Pasir Buah Khas Kabupaten Karangasem Bali

DaerahKita 08/06/2019

Tanaman salak masih berkerabat dengan kelapa. Meski sama-sama tergolong palem (batangnya tidak bercabang dan mempunyai berkas daun berbentuk lingkaran), penampilan salak berbeda dengan kelapa. Jika kelapa tumbuh menjulang ke atas, maka salak tumbuh merumpun. Dengan bentuk tumbuhan yang merumpun dengan tinggi hanya sekitar 4-7 meter, tanaman salak perlu melindungi dirinya dari hewan pemakan tumbuhan di habitat aslinya. Maka tubuhnya banyak dipenuhi oleh duri-duri yang panjang dan tajam.

Batang tanaman salak tertutup oleh pelepah daun yang tersusun rapat. Buah salak tersusun rapat bergerombol dalam tandan yang muncul dari ketiak-ketiak pelepah daun. Buah yang berbentuk bulat atau bulat telur terbalik dengan bagian pangkalnya berbentuk runcing kulitnya seperti sisik ular. Tak heran tanaman salak (Salacca zalacca) ini juga dikenal dengan nama snake fruit atau “buah ular”. Tanaman buah tropis yang eksotis ini memiliki rasa manis, asam, dan agak sepat.

Salah satu jenis salak yang populer adalah salak gula pasir. Salak jenis ini adalah merupakan kultivar salak Bali. Berdasarkan peraturan daerah Karangasem, tanaman salak gula pasir merupakan maskot Karangasem. Alasan menjadikan tanaman buah itu sebagai maskot Karangasem, karena sejumlah hal. Pertama, salak merupakan komoditi buah yang menjadikan Karangasem cukup terkenal.

Lokasi budidaya salak gula pasir berada di Desa Sibetan, kawasan agro kebun salak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Desa Sibetan, jaraknya sekitar 80 kilometer dari Kota Denpasar dan sekitar 8 km ke arah barat dari Kota Amlapura – ibukota kabupaten.

kintamani.id
Buah salak gula pasir asal Karangasem yang manis

Alasan kedua, salak gula pasir merupakan produk perkebunan yang sangat menjanjikan dari segi harga. Salak gula pasir kerap dicari orang, baik untuk konsumsi maupun untuk oleh-oleh. Pejabat dari Bali dan Jakarta, kerap diberikan buah tangan salak gula pasir, atau orang minta dibawakan oleh-oleh salak gula pasir. Karena keperluan tinggi dan sampai kini ketersediaan masih terbatas, menjadikan harga salak gula pasir tak pernah jatuh.

Salak gula pasir ini lebih manis dibanding dua jenis lain, yaitu salak bali dan salak pondoh asal Yogyakarta, meski ukurannya paling mungil. Bentuknya agak bulat dan terdapat semacam duri-duri kecil pada kulitnya. Daging buahnya tebal dan tak diselimuti kulit ari. Salak ini dinamakan salak gula pasir, karena daging buahnya berwarna putih bersih. Selain itu, juga karena rasanya sangat manis seperti gula pasir atau jauh lebih manis dibandingkan dengan rasa buah salak biasa. Meski masih muda, daging buahnya sudah manis. Karena itulah, salak gula pasir sangat disukai. Selain manis, rasanya khas dan terasa sejuk.

Cita rasa istimewa salak gula pasir bali membuat buah ini begitu diminati konsumen. Tidak hanya konsumen dalam negeri saja, saat ini bahkan telah berhasil menjangkau lebih jauh melalaui ekspor. Salak gula pasir menjadi komoditas ekspor yang digemari pasar luar negeri. Ekspor perdana memang baru dilakukan dengan mengirimkan 0,5 ton salak gula pasir ke Kamboja pada Maret 2019.

Setelahnya, salak gula pasir akan secara rutin diekspor sebanyak 50-100 ton per bulan. Selain Kamboja, negara tujuan lain yang rencananya disasar untuk ekspor salak gula pasir yakni Vietnam dan China.

desasibetan
Tanaman salak gula pasir tengah berbuah

Walaupun salak gula pasir dikenal berasal dari Karangasem, namun  di Tabanan, tepatnya di wilayah Kebonjero, Desa Munduktemu, Pupuan, ternyata ada juga salak gula pasir dan bahkan buahnya lebih besar pada salak gula pasir pada umumnya dan rasanya juga manis, dan orang biasanya menyebut dengan salak madu.

Pengembangan salak gula pasir di Tabanan dimulai sejak tahun 1991 silam, dimana seorang warga di Banjar Kebonjero, Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, Tabanan, mulai menanam salak gula pasir. Dan saat ini sebagian besar warga di Desa Munduktemu telah menanam salak gula pasir tersebut di lahan mereka, salak ini bahkan sering disebut salak madu karena memang memiliki perbedaan dengan salak gula pasir yang banyak ditemukan di wilayah Karangasem.

I Ketut Suardika menuturkan jika awal mula mengembangan salak gula pasir di Banjar Kebonjero adalah bermula ketika dirinya diberikan dua biji salak gula pasir di Sibetan, Karangasem. Biji salak tersebut kemudian di tanamnya bersama sang ayah. Ketika itu setelah 3 atau 4 tahun ditanam tanaman salak pun berbuah dan hasilnya sama seperti indukannya yaitu buahnya kecil, hitam tetapi manis. Setelah itu, ia bersama ayahnya, I Nyoman Santra, melakukan inovasi dengan teknik penjarangan tanaman, perlakukan organik, maupun konservasi lahan, hingga akhirnya salak gula pasir itu berbuah dengan buah yang lebih besar namun tetap manis sehingga warga sekitarnya kerap menyebutnya dengan salak madu.

Jika Anda tertarik mencoba rasa istimewa salak gula pasir, momen terbaik untuk bisa membeli oleh-oleh khas Bali ini dengan harga murah adalah pada musim panennya yang biasanya terjadi di bulan Desember-Februari.

Saat itu hasil panen buah salak melimpah sehingga masyarakat setempat juga mengembangkan produk olahan buah salak menjadi beraneka ragam jenis, seperti wine, dodol, kripik, syrup, dan manisan.

Untuk pembelian salak gula pasir untuk oleh-oleh bisa dilakukan di pasar tradisional ataupun toko pusat oleh-oleh khas Bali. Pasar tradisional yang dapat Anda kunjungi di antaranya adalah Pasar Sindhu yang lokasinya berada di kawasan Sanur. Atau seiring perkembangan teknologi, kini Anda juga bisa memesannya secara online di marketplace. Nah, selamat mencicipi!

Tags buah flora tanaman bisnis buah tangan wisata UMKM
Referensi: Dari berbagai sumber



Semua Komentar
    Belum ada komentar
Tulis Komentar